Selasa, 25 September 2012

Besarnya Pahala Mencari Ilmu


 
:: BESARNYA PAHALA MENCARI ILMU ::

Rosulullah saw bersabda, “Menghadiri majelis ilmu lebih utama daripada sholat seribu rakaat, menjenguk seribu orang sakit, dan mengiring seribu jenazah” (Imam al-Ghazali)

Al-Hasan ra berkata, “Kelak tint
a orang yang berilmu akan ditimbang dengan darah orang yang mati syahid. Ternyata, tinta orang yang berilmu mengungguli darah syuhada” (Imam al-Ghazali)

Rasulullah saw bersabda, "bahwa orang yg berjalan menuntut ilmu, kelak Allah akan memudahkan jalannya menuju syurga" (HR. Muslim : 2699)

Ibnu Abbas ra menuturkan, Muhammad Rasulullah SAW, besabda : ” Barangsiapa yang kedatangan maut saat menuntut ilmu, maka ia akan bertemu dengan Allah. Dan Tiadalah batas antara dia dengan nabi, melainkan hanya derajat kenabian.” (HR. Thabrani)

Riwayat Lain menjelaskan keutamaan mencari ilmu yang pahalanya lebih baik dari pahala sholat 1.000 rakaat, lebih baik dari menjenguk 1.000 orang sakit,& Menggiring 1000 jenazah dan bahkan lebih baik dari 1.000 kali berangkat haji. “Kenapa? Karena tanpa ilmu dan pengetahuan kita tidak dapat mengenal Khaliq dengan baik sehingga shalat kita, silaturahmi, dan haji kita tidak diterima Allah Swt karena tidak tahu ilmunya,”

Teman... Mencari ilmu agama -mempelajari Al Quran dan Al Hadits- adalah wajib hukumnya bagi setiap orang iman, sejak dari dalam buaian hingga nanti tiba saatnya kita menghadap sang Kholiq. Bahkan segala bentuk amalan dan ibadah harus pula disertai dengan ilmu. Berikut adalah 30 kefadholan (keutamaan) orang yang mau tholabul 'ilmi, yang disarikan dari ayat-ayat Al Quran dan kitab-kitab Al Hadits. Semoga bisa menjadi motivasi agar tidak pernah bosan untuk terus mengaji dan mencari ilmu. Barokalloh...

1. Senantiasa mendapat naungan malaikat
2. Dimintakan ampunan oleh para malaikat, manusia, dan ikan-ikan di lautan
3. Dimudahkan jalan menuju surga
4. Mencari ilmu agama lebih utama derajatnya di sisi Alloh daripada sholat, puasa, hajji, dan jihad
5. Mencari ilmu sesaat lebih utama pahalanya daripada sholat semalam suntuk, dan mencari ilmu sehari pahalanya seperti puasa satu bulan
6. Orang yang mati ketika sedang mencari ilmu, mendapatkan pahala seperti orang yang mati syahid
7. Bisa menghapus dosa sebelumnya
8. Alloh yang akan menanggung rizqi bagi orang yang mencari ilmu
9. Mencari ilmu termasuk dalam urusan sabilillah
10. Pahala mencari ilmu lebih baik daripada dunia seisinya
11. Mengaji 1 ayat Al Quran pahalanya seperti sholat sunnah 100 kali
12. Diberi rizqi yang halal
13. Diselamatkan dari siksa kubur
14. Di akhirat kelak akan menerima kitab catatan amal dengan tangan kanan
15. Bisa melewati jembatan shirothol mustaqim secepat kilat
16. Di hari qiyyamat akan dikumpulkan bersama dengan Nabi
17. Dibangunkan rumah di dalam surga
18. Pahala mencari ilmu seperti pahalanya menjenguk seribu orang sakit
19. Pahala mencari ilmu seperti pahalanya mengantarkan seribu jenazah. Sementara orang yang sholat dan mengantarkan jenazah diberi pahala sebesar 2 gunung Uhud
20. Mendapat pahala seperti 70 orang yang shiddiq (jujur). Sedangkan derajat orang yang shiddiq seperti derajatnya para Nabi dan para syuhada.
21. Ditulis pahalanya seperti hitungan pasir di dunia, dan dosanya diampuni meskipun sebanyak pasir di dunia
22. Jika sedang mengaji ada anggota tubuhnya yang terkena debu, maka diharomkan tubuhnya untuk masuk neraka
23. Mencari ilmu agama membuat berhasil urusan dunia dan akhirat
24. Diangkat derajatnya di dunia dan di akhirat
25. Mencari ilmu akan menambah kuatnya keimanan
26. Barangsiapa yang belajar ilmu agama dan duduk di depan orang yang mengajar, maka akan mendapatkan 70 pintu rohmat
27. Ketika selesai mengaji, dosanya dihapus bagaikan bayi yang baru dilahirkan
28. Setiap 1 huruf Al Quran yang dipelajari, pahalanya sama seperti 60 orang yang mati syahid. Sedangkan orang yang mati syahid bisa memberi syafaat bagi 70 orang ahli familinya yang ahli neraka. Allohummarzuqnii syahaadatan fii sabiilika (doa supaya diberi mati syahid).
29. Setiap 1 hadits yang dipelajari pahalanya seperti ibadah terus-menerus selama 70 tahun
30. Setiap biaya yang dikeluarkan dalam mencari ilmu, pahalanya akan dilipatgandakan 10 kali lipatnya dunia.

Subhanalloh.... semoga Alloh paring kekuatan dan kemampuan agar bisa terus menetapi amalan tholabul 'ilmi. Amin.

Dikutip : Dari berbagai banyak sumber dgn editan sendiri.

Indahnya Kematian

 
Bismillaahirrahmaanirrahiim

Kematian Itu Indah

Kematian itu Indah, bagi siapa saja yang meyakini Allah adalah Rabb semesta alam, para Nabi dan RasulNya, MalaikatNya, KitabNya, hari akhir, segala ketetapan Allah, mereka (muslimin) yang be
rjalan diatas kebaikan, sehinga kematian adalah waktu yang dinanti-nanti.

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa, dan janganlah kalian mati melainkan dalam keadaan muslim (berserah diri)”. (QS. Ali Imran : 102)

Ada sebuah percakapan menarik antara seorang Ustadz dengan Jama’ahnya. Ustadz bertanya kepada Jama’ahnya, “apakah kalian ingin masuk surga?”

Semua Jama’ah menjawab dengan antusias, “Yaaa”.

Ustadz bertanya lagi, “Apakah kalian ingin mati hari ini?”

Tidak ada satupun yang menjawab, atau bahkan seorangpun tidak ingin mati.

Dengan tersenyum, Ustadz itu berkata, “Lalu bagaimana kita akan pergi ke surga, jika kita tidak pernah mati”. Ustadz melanjutkan dan bertanya, “Apakah kalian ingin saya berdo’a untuk panjangnya hidup kalian?”

Dengan antusias Jama’ah menjawab, “Yaaa”.

Ustadz bertanya lagi, “Berapa lama kalian ingin hidup? seratus tahun? dua ratus atau bahkan seribu tahun?”

Bahkan orang-orang yang berusia 80 tahun sudah tampak aneh, apalagi mereka yang berusia lebih dari seratus tahun.

Pertanyaan belum berakhir, Ustadz masih mengajukan pertanyaan, “Apakah kalian mencintai Allah?”

Jawaban para Jama’ah tentu saja “Yaa”.

Ustadz mengatakan, “Biasanya ketika seseorang jatuh cinta, dia akan selalu rindu untuk bertemu dengan kekasihnya, tidakkah kalian rindu untuk bertemu dengan Allah?”

Semua diam, tidak ada yang menjawab.

Kebanyakan dari kita merasa ngeri membicarakan kematian. Melupakan pembicaraan tentang itu, bahkan kita tidak berani membayangkannya. Hal itu karena kita tidak mempersiapkan untuk peristiwa setelah kematian (akhirat). Padahal, baik kita mempersiapkannya ataupun tidak, pasti kita akan melalui kematian. Siap atau siap, kematian dengan pasti akan datang menyambut kita.

Daripada selalu mengelak, alangkah lebih baik mulai sekarang kita berusaha untuk mempersiapkannya diri-diri kita untuk menghadapi kematian.

“Tiap-tiap yang berJiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS. Al Anbiyaa: 35)

“Di mana saja kamu berada, niscaya kematian akan menemukanmu, walaupun kamu bersembunyi di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” (QS. An-Nisa`: 78)

Esensi dari kehidupan manusia adalah sebuah perjalanan kembali menuju kepada Allah. Dalam perjalanan singkat ini, ada yang kembali dengan selamat, tetapi ada juga yang jatuh ke dalam neraka. Kebanyakan diantara kita terlalu sibuk dengan urusan dunia bahkan samapi ke titik bahwa dunia ini adalah kehidupan sebenarnya, lupa bahwasannya dunia ini hanyalah tempat singgah untuk mencari rumah sebenarnya (akhirat). Keindahan dunia membuat kebanyakan manusia terlena dan tertidur lelap menapaki jalan kehidupan ini.

“Ketahuilah oleh kalian, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan di antara kalian serta berbangga-banggaan dengan banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang karenanya tumbuh tanam-tanaman yang membuat kagum para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning lantas menjadi hancur. Dan di akhirat nanti ada adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan- Nya. Dan kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS. Al- Hadid: 20)

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam pernah besabda bahwa orang yang paling cerdas adalah orang yang selalu mengingat kematian, “Orang yang paling banyak mengingat kematian dan paling siap menghadapinya. Mereka itulah orang-orang cerdas. Mereka pergi dengan membawa kemuliaan dunia dan kemuliaan akhirat’. (HR. Ibnu Majah).

“Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau bahkan seperti orang yang sekedar lewat (musafir).” (HR. Al-Bukhari)

Dalam kata lain, orang yang paling cerdas adalah barangsiapa yang memiliki visi yang jauh ke depan. Dengan selalu mengingat visinya dan tujuan hidupnya, dia akan selalu bersemangat dalam setiap langkah yang ditapakinya. Visi hidup seorang muslim adalah untuk kembali dan bertemu dengan Allah. Karena itu dia merasa, saat kematian adalah saat yang paling indah karena dia kan segera bertemu dengan kekasih yang telah dia sangat rindukan.

Terkadang kita takut menghadapi kematian karena kematian akan memisahkan kita dengan orang-orang dan sesuatu yang kita cintai. Orang tua, suami/ istri, anak-anak, saudara-saudara, harta, ini menunjukkan bahwa kita mencintai mereka lebih daripada Allah. Jika kita benar-benar mencintai Allah, maka kematian itu seperti undangan yang penuh kasih dari Allah.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang senang bertemu Allah, maka Allahpun senang untuk bertemu dengannya. Dan barangsiapa tidak senang bertemu Allah, maka Allah pun benci untuk bertemu dengannya”. ‘Aisyah bertanya,”Wahai Nabi Allah! Apakah (yang dimaksud) adalah benci kematian? Kita semua benci kematian?” Rasulullah menjawab,”Bukan seperti itu. Akan tetapi, seorang mukmin, apabila diberi kabar gembira tentang rahmat dan ridho Allah serta SurgaNya, maka ia akan senang bertemu Allah. Dan sesungguhnya, orang kafir, apabila diberi kabar tentang azab Allah dan kemurkaanNya, maka ia akan benci untuk bertemu Allah, dan Allahpun membenci bertemu dengannya”.

Meskipun demikian, kita tidak boleh meminta untuk mempercepat kematian kita, tidak membunuh diri tanpa alasan dan tujuan yang dibenarkan syair’at. Kematian yang sia-sia tanpa sebab yang jelas malah akan menjauhkan kita dari Allah. Bunuh diri tanpa alasan dan tujuan yang benar adalah salah satu bentuk keputusasaan dari rahmat Allah, menginginkan untuk segera menemui ajal hanya karena kesulitan dunia menandakan bahwa kita ingin melarikan diri dari kenyataan hidup.

“Tidak boleh salah seorang di antara kalian mengharapkan kematian, tidak juga berdoa agar segera mati sebelum kematian itu menjemputnya. Ketahuilah, sesungguhnya apabila salah seorang di antara kalian meninggal, terputuslah amalnya. Sesungguhnya seorang Mukmin tidak bertambah umurnya kecuali hal itu akan menjadi baik baginya”. (HR Muslim)

Kematian yang baik adalah mati dalam upaya untuk membawa kebaikan bagi kehidupan, mati dalam upaya untuk mewujudkan cita-cita terbesar, yaitu untuk perdamaian dan kesejahteraan ummat manusia, sebagaimana para Nabi terdahulu dan Rasulullah shalallahu’alaihi wa salam serta para sahabatnya dan para pengikut Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam yang telah syahid di jalan Allah.

“Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kamu) ke istana-istana yang baik di surga ‘Adn. Itulah keberuntungan yang besar.” (QS. Ash-Shaff: 12)

Akhirnya, orang-orang yang diselamatkan (masuk surga) adalah mereka yang menyadari bahwa semua kekuasaan dan kekayaan adalah sarana untuk kembali kepada Allah. Tubuh mereka mungkin bermandikan darah, keringat, dibanjiri air mata, bekerja keras untuk menaklukkan dunia tetapi hati mereka tetap terikat untuk yang dicintai, yakni Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hal yang terpenting adalah, bagaimana kita dapat berusaha keras, berpikir cerdas dan memiliki hati yang tulus.

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal, mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin berpindah dari padanya.” (QS. Al Kahfi: 107-108)

“Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba. ” (QS. Al Muthaffifin: 26)

“Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung kepada niat, dan setiap orang akan mendapatkan balasan sesuai niatnya.”(HR. Bukhari dan Muslim)

Wallahu a’am..

Wahai Pemilik Semesta Alam, ajari kami bagaimana untuk menaklukkan dunia, bukannya tunduk kepada dunia. Ketika gemerlap dunia menyilaukan pandangan kami, ketika limpahan permata dunia menggetarkan hati kami, ingatkan kami Ya Allah! ingatkan bahwa RidhoMu dan kasih sayangMu lebih besar daripada dunia yang fana yang akan kami tinggalkan pada waktu yang Engkau tetapkan, Ya Allah teguhkan kaki-kaki kami dalam menapaki perjuangan di jalanMu sehingga Engkau Ridho kepada kami dan memasukkan kami ke surgaMu yang tertinggi dimana kami dapat melihat wajahMu yang Maha Indah, A

Sumber : Arrahmah.com

Aamiin Yaa Rabbal'aalamiiin

Senin, 24 September 2012

Tuhan...Apa aku jatuh cinta??

Kirim Print
Ilustrasi (kawanimut)
dakwatuna.com – “Aamiin…”suara ku lirih menyambut untaian doa yang sedari dini hari ku panjatkan dalam hati. Ada kecemasan meliputi, ada berita yang sedang kunanti. Hari ini sahabatku Ardi akan menghadapi ujian akhirnya, ujian penentu kelulusan akan impian nya dari 4 tahun silam.
Kemarin ia sempat sedikit pesimis karena urusan tugas akhirnya yang belum jua dapat persetujuan untuk diujikan, padahal batas akhir pendaftaran tinggal hitungan jam. Persis…mungkin aku pun ikut merasakan bagaimana letihnya ia kemaren, dan hari ini aku kembali menanti hasil ujian nya, ditolak kah?? Lulus kah??? ….
Siang berganti malam, Ardi belum juga ada kabar darinya… aku sengaja tak menghubungi untuk bertanya langsung, yah… Ardi mungkin juga tak pernah menyadari bahwa aku sedang menanti ceritanya.
Ahh… Lagi pula siapa aku di matanya?? Aku hanya sosok teman maya yang terlalu kikuk ketika bertemu, teman yang tak begitu pandai menyembunyikan tingkah, atau lebih sengaja menunduk dalam dari pada menatapnya… benar, lagi pula siapa aku…”aku membatin
Malam kian pekat, malam ini aku sedikit terhibur karena tulisan pertamaku terbit di salah satu website. Aku langsung meraih handphoneku dan mulai ingin berbagi kegembiraan padanya bahwa satu lagi impianku terwujud, tapi tiba-tiba aku ingat bahwa Ardi seharian ini belum memberi kabar apa-apa, aku membatalkan ketikan pesan singkat yang baru saja ingin ku kirim.
mengapa aku harus memberi tahu Ardi setiap kesenangan yang aku dapatkan, mengapa aku mencemaskan Ardi sedang mungkin Ardi tak pernah sadar akan keberadaanku, mengapa aku tiba-tiba merasa sedih karena Ardi tak mengabari ku sampai malam begini??”
Ada yang salah…aku yang memang hanya mempercayainya sebagai sahabat laki-laki menjadi tak lagi pandai melihat batas-batas antara kami, aku tak dapat mendefinisikan warna-warni rasa hati. Mungkin terlalu ku bentang toleransi padanya hingga aku terjebak dalam lingkaran imajinasi semu.
Tuhan… apa aku jatuh cinta???
Aku dapat tersenyum hanya dengan satu pesan darinya, padahal sedari dulu aku tak suka menggubris pesan-pesan singkat yang tak jelas.
Tuhan… apa aku jatuh cinta..?
Ketika rasa bahagianya pun dapat melapangkan hatiku, ketika sedihnya pun jadi sedihku. Hhmm… “aku tak ingin jatuh cinta dulu… Tuhan… aku tak ingin ada lagi rasa dan tingkah yang salah…
Terlebih jatuh cinta pada ia yang belum pasti menjadi pendampingku. Dan ketidakjelasan akan terus menggalaukan hati jika tak berani tegas. Iya…atau tidak sama sekali
 “Terima kasih atas doa dan semangat nya…” pesan singkat dari Ardi. Ardi akhirnya memberitahuku hasil ujian nya, dan Aku hanya membalas dengan senyum :)
Setidaknya aku menyadari bahwa aku tak ingin jatuh cinta dulu, sedang aku sendiri masih memilih meneruskan impian yang lain.
Semoga tak ada lagi sahabat muslimah yang terlambat mendefinisikan apa-apa yang ia rasa. Toleransi mestilah tak memudarkan batas jelas yang sudah dipahami. Hingga nanti akhirnya cinta utuh hanya untuk belahan jiwa yang berani menjemput di batas waktu ketentuan-NYA…
Bukan berpihak pada ketidakjelasan bersikap, ketidakjelasan rasa…dan terlarut penantian dan tingkah yang sia-sia.
“Aku bukan tak sabar, hanya tak ingin menanti
Karena berani memutuskan adalah juga kesabaran
Karena terkadang penantian
Membuka pintu-pintu syaithan”
― Salim A. Fillah
Aku bukan tak ingin jatuh cinta, tapi cinta adalah kejelasan. Iya atau tidak sama sekali.


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/09/22968/tuhan-apa-aku-jatuh-cinta/#ixzz27P3C7mTF

Indonesia Tanpa JIL

Kirim Print
Peserta rapat membahas pengamanan VIP tamu Konferensi Negara Islam di Palembang. (SRIPOKU.COM/HUSIN)
dakwatuna.com - 4 Januari 2011, di kantor Goenawan Mohammad. Ulil Abshar Abdalla (mahasiswa drop-out dari LIPIA), Luthfi Asy-syaukanie (Dosen Univ. Paramadina), Ihsan Ali Fauzi dan Hamid Basyaib (mantan jurnalis Republika), Ahmad Sahal (Aktivis muda NU), dan Nong Darol Mahmada (jebolan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta) tampak serius berbincang selama berjam-jam.
Pertemuan itu mengerucut pada upaya membendung laju kelompok Islam radikal (versi mereka), seperti FPI pimpinan Habib Rizieq Syihab, Majelis Mujahidin Indonesia pimpinan Abu Bakar Ba’asyir, dan Laskar Jihad yang dikomandoi oleh Ust. Ja’far Umar Thalib.
Goenawan, Pendiri Institut Studi Arus dan Informasi (ISAI) menghubungi koleganya, Dahlan Iskan. Pimpinan Jawa Pos Grup itu diminta untuk menyediakan ruang halaman mempublikasikan pemikiran-pemikiran liberal. Deal, Dahlan setuju.
8 Maret 2001, di Jalan Utan Kayu Raya No. 68H, Jaringan Islam Liberal (JIL) didirikan. Beragam diskusi diselenggarakan, termasuk menggunakan corong media radio 68H. The Asia Foundation – LSM dari Amerika – dan The Freedom Institute yang dipimpin oleh Rizal Mallarangeng serta didanai oleh Bakrie Grup menjadi pendonor dana.
Sejak saat itu buku-buku, buletin, seminar, dan diskusi mengenai Islam Liberal marak diadakan. Kelompok kiri dan mereka yang menganut disorientasi seksual (homo, lesbi, biseksual) kemudian ikut menumpang dalam gerbong liberal.
Ujungnya, pada tahun 2005, massa umat Islam dari FPI dan FUI berencana mendatangi markas JIL tersebut. Ratusan aparat bersiaga, para aktivis sekular berkumpul, media massa asing tak ketinggalan, siap mengabadikan. Andaikata terjadi penyerangan saat itu, itulah yang mereka kehendaki. Mereka akan menjadikan momen penyerangan itu sebagai sarana kampanye anti kekerasan pada dunia Internasional, sambil tak lupa, tentu saja berharap kucuran dana mengalir.
Lalu apa yang salah dari JIL ini?
See you next episode Akhi…


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/09/23053/indonesiatanpajil-episode-ke-2-jil-sejarah-dan-asas-pergerakan/#ixzz27P26Ypib